Bebek Sinjay: Kelezatan Ikonik dari Jantung Madura




Jika Anda melintas di Jembatan Suramadu menuju Pulau Madura, salah satu destinasi kuliner yang wajib dikunjungi adalah Bebek Sinjay. Bukan sekadar warung makan biasa, nama Sinjay telah menjadi sinonim dengan bebek goreng yang lezat, gurih, dan memiliki tekstur unik—bagian luarnya kering dan renyah, sementara daging di dalamnya tetap empuk dan lembut.

Bebek Sinjay pertama kali populer di Bangkalan, Madura. Rahasia kelezatannya terletak pada proses memasak yang teliti. Bebek segar diungkep (direbus dengan bumbu) hingga bumbu meresap sempurna dan dagingnya sangat empuk, barulah kemudian digoreng hingga kulitnya kecoklatan dan garing.

Namun, yang paling membuat Bebek Sinjay istimewa adalah paduannya yang harmonis. Seporsi Bebek Sinjay tidak lengkap tanpa sambal pencit (sambal mangga muda) yang pedas, segar, dan sedikit asam, serta taburan serundeng yang gurih. Kombinasi inilah yang menciptakan sensasi rasa tak terlupakan di setiap gigitannya.

Resep Bebek Sinjay untuk Dibuat di Rumah

Anda bisa mencoba membuat kelezatan Bebek Sinjay sendiri di dapur Anda. Berikut resep sederhana yang bisa Anda ikuti.

Bahan-bahan

Untuk Bebek Ungkep:

  • 1 ekor bebek, potong menjadi 4 bagian
  • 2 lembar daun salam
  • 2 batang serai, memarkan
  • Garam secukupnya
  • Air secukupnya untuk merebus

Bumbu Halus Ungkep:

  • 12 siung bawang merah
  • 8 siung bawang putih
  • 3 cm kunyit
  • 2 cm jahe
  • 1 sdt ketumbar, sangrai
  • ½ sdt lada
  • 2 butir kemiri, sangrai

Untuk Sambal Pencit:

  • 10 buah cabai rawit (sesuai selera)
  • 5 buah cabai merah keriting
  • 3 siung bawang merah
  • 1 buah mangga muda, parut kasar
  • Garam dan gula secukupnya

Cara Membuat

  1. Ungkep Bebek: Haluskan semua bumbu ungkep. Lumuri potongan bebek dengan bumbu halus, garam, daun salam, dan serai. Aduk hingga merata.
  2. Rebus Bebek: Masukkan bebek yang sudah berbumbu ke dalam panci. Tambahkan air hingga bebek terendam. Rebus dengan api kecil hingga bebek benar-benar empuk dan bumbu meresap sempurna (kurang lebih 1,5 hingga 2 jam).
  3. Goreng Bebek: Setelah bebek empuk, tiriskan dan sisihkan. Panaskan minyak dalam jumlah banyak. Goreng bebek hingga berwarna cokelat keemasan dan kulitnya kering serta renyah. Angkat dan tiriskan.
  4. Buat Sambal Pencit: Ulek semua bahan sambal: cabai rawit, cabai merah, dan bawang merah hingga halus. Tambahkan garam dan gula secukupnya, ulek kembali. Masukkan parutan mangga muda, aduk rata tanpa diulek terlalu kuat agar tekstur mangganya tetap terasa.
  5. Sajikan: Letakkan bebek goreng di piring. Taburi dengan sisa bumbu ungkep yang sudah digoreng kering sebagai serundeng. Sajikan bersama nasi hangat, sambal pencit, dan lalapan seperti mentimun atau kol.

Selamat mencoba!

Unveiling the Hidden Charms of Sidoarjo: The Delta City with a Million Beauties



Bandeng asap

Sidoarjo, a regency located in East Java, often goes unnoticed by tourists. Known as the Delta City due to being flanked by two large rivers, Kali Mas and Kali Porong, Sidoarjo holds a million amazing and hidden natural charms and panoramas that are still unknown to many.

Although not as popular as other tourist destinations like Semarang or Jogja, Sidoarjo offers a wide array of tourist spots that are equally satisfying. From cultural and historic sites to Instagrammable photo spots, and even beautiful islands and beaches, you can find it all here.

Access to Sidoarjo is incredibly convenient. Visitors only need a few minutes drive from Juanda International Airport and the bus terminal. For transportation within the regency, visitors can choose between online taxis or traditional taxis readily available in the airport and terminal areas.

A Glimpse into Sidoarjo's History

Since 1851, Sidoarjo was known as Sidokare. It was one of Surabaya's areas and was led by a regent named R. NG. Djoyohardjo. In 1859, Sidokare separated from Surabaya and became its own regency. A couple of months later, Sidokare changed its name to Sidoarjo, as we know it today.

Sidoarjo's Culinary Delights and Traditional Crafts

Sidoarjo is renowned for its sea products like milkfish, prawn, crab, and cockle mussel. It's no surprise that many local cuisines are made with fish and seafood as the main ingredients. Some dishes you must try include:

  • Smoked Milkfish (Bandeng Asap): A delicious dish that can be found on Mojopahit Street, Sidoarjo.
  • Presto Milkfish (Bandeng Presto): Milkfish cooked until its bones are soft.
  • Milkfish Otak-Otak: A flavorful dish made from finely ground milkfish meat.
  • Lontong Kupang: A unique dish consisting of rice cakes (lontong) and small clams (kupang) drenched in a savory black sauce.
  • Fermented Prawn Paste (Petis Udang): A flavorful paste with a strong prawn taste.
  • Prawn Crackers (Kerupuk Udang) and Mussel Crackers (Kerupuk Kupang): Crispy snacks perfect for souvenirs.

Beyond its culinary offerings, Sidoarjo is also known as a center for batik painting. Several villages such as Jetis, Sekardangan, and Kenongo produce captivating batik patterns and motifs. Tourists can easily purchase high-quality batik cloth, sold both retail and wholesale, making it an ideal souvenir to take home.

So, if you're looking for a unique travel destination with rich culinary traditions and cultural heritage, Sidoarjo is definitely a place worth visiting.

Mengungkap Pesona Tersembunyi Sidoarjo: Kota Delta dengan Sejuta Keindahan



Lontong kupang

Sidoarjo, sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Timur, seringkali luput dari perhatian para wisatawan. Dikenal sebagai Kota Delta karena diapit oleh dua sungai besar, Kali Mas dan Kali Porong, Sidoarjo menyimpan jutaan pesona alam dan keindahan tersembunyi yang menunggu untuk dijelajahi.

Meskipun belum sepopuler destinasi wisata lain seperti Semarang atau Jogja, Sidoarjo menawarkan beragam pilihan tempat wisata yang tak kalah menarik. Mulai dari situs bersejarah, situs budaya, hingga spot-spot foto Instagramable, semuanya bisa Anda temukan di sini. Keindahan alamnya pun luar biasa, dengan pulau-pulau dan pantai yang menawan.

Akses ke Sidoarjo sangat mudah. Anda hanya membutuhkan beberapa menit perjalanan dari Bandara Internasional Juanda dan terminal bus. Pilihan transportasi pun beragam, mulai dari taksi konvensional hingga taksi online yang siap mengantar Anda berkeliling.

Sekilas Sejarah Sidoarjo

Pada tahun 1851, wilayah Sidoarjo dikenal sebagai Sidokare dan merupakan bagian dari Kabupaten Surabaya. Saat itu, Sidokare dipimpin oleh seorang bupati bernama R. Ng. Djoyohardjo. Pada tahun 1859, Sidokare memisahkan diri dari Surabaya dan menjadi kabupaten mandiri. Selang beberapa bulan, nama Sidokare diubah menjadi Sidoarjo seperti yang kita kenal sekarang.

Kekayaan Kuliner dan Kerajinan Khas Sidoarjo

Sidoarjo terkenal dengan hasil lautnya, seperti bandeng, udang, kepiting, dan kerang. Tak heran, banyak kuliner khas yang berbahan dasar ikan dan hasil laut. Beberapa hidangan yang wajib Anda coba antara lain:

  • Bandeng asap: Makanan lezat yang bisa Anda temukan di Jalan Mojopahit, Sidoarjo.
  • Bandeng presto: Olahan bandeng dengan duri lunak.
  • Otak-otak bandeng: Panganan lezat dari daging bandeng yang dihaluskan.
  • Lontong kupang: Makanan khas yang berisi lontong dan kupang (kerang kecil) dengan siraman bumbu petis.
  • Petis udang: Sambal khas dengan cita rasa udang yang kuat.
  • Kerupuk udang dan kerupuk kupang: Camilan renyah yang cocok sebagai oleh-oleh.

Selain kuliner, Sidoarjo juga dikenal sebagai sentra kerajinan batik. Beberapa desa seperti Jetis, Sekardangan, dan Kenongo merupakan penghasil batik dengan motif dan corak yang memikat. Anda bisa membeli batik Sidoarjo secara eceran maupun grosir, menjadikannya pilihan oleh-oleh yang sempurna. Kualitas batiknya pun sangat terjamin, sehingga Anda bisa membawa pulang produk terbaik.

Jadi, jika Anda mencari destinasi wisata yang unik dengan kekayaan kuliner dan budaya yang melimpah, Sidoarjo adalah pilihan yang tepat.

Daftar Wisata dan Budaya Probolinggo yang Wajib Kamu Kunjungi




Probolinggo, sebuah kabupaten di Jawa Timur yang kaya akan keindahan alam dan warisan budaya, menawarkan berbagai destinasi menarik bagi para pelancong. Dari pemandangan gunung berapi yang megah hingga pesona pantai yang tenang, Probolinggo memiliki segalanya. Tidak hanya itu, kekayaan budaya dan tradisi lokalnya juga akan membuat pengalaman berwisata Anda semakin berkesan.

Keindahan Alam Probolinggo

  1. Gunung Bromo: Bromo adalah ikon utama Probolinggo, bahkan Jawa Timur. Pemandangan matahari terbit dari Penanjakan yang menakjubkan, lautan pasir yang luas, dan kawah aktif yang mengeluarkan asap adalah pengalaman yang tidak terlupakan. Anda bisa menyewa jip untuk menjelajahi area ini atau menunggang kuda untuk sensasi yang berbeda.
  2. Air Terjun Madakaripura: Legenda mengatakan bahwa air terjun ini adalah tempat Gajah Mada, seorang patih Majapahit, bermeditasi. Dikelilingi oleh tebing-tebing tinggi yang ditutupi lumut, air terjun ini menawarkan pemandangan yang dramatis dan menenangkan.
  3. Gili Ketapang: Terletak di lepas pantai Probolinggo, Gili Ketapang adalah surga tersembunyi bagi para penggemar snorkeling dan diving. Airnya yang jernih dan terumbu karang yang berwarna-warni menjadi rumah bagi berbagai jenis ikan tropis. Anda bisa menyewa perahu dari pelabuhan setempat untuk mencapai pulau ini.

Pesona Budaya Probolinggo

  1. Tarian Remo: Tarian ini adalah salah satu tarian tradisional Jawa Timur yang terkenal, dan di Probolinggo tarian ini dipertunjukkan pada acara-acara khusus. Tarian Remo adalah tarian pembuka yang sering ditampilkan untuk menyambut tamu kehormatan.
  2. Kerapan Sapi: Meskipun lebih sering dikaitkan dengan Madura, Kerapan Sapi juga merupakan bagian dari budaya Probolinggo, terutama di daerah-daerah pesisir. Perlombaan pacuan sapi ini adalah sebuah tontonan yang seru dan menegangkan, di mana dua sapi berlomba untuk mencapai garis akhir dalam waktu tercepat.
  3. Upacara Adat Tengger: Suku Tengger yang mendiami kawasan Gunung Bromo memiliki tradisi dan ritual yang unik. Salah satu yang paling terkenal adalah Upacara Kasada, di mana mereka melemparkan sesaji ke kawah Bromo sebagai persembahan untuk para dewa. Upacara ini menarik banyak wisatawan dari berbagai belahan dunia.

Kuliner Khas Probolinggo

Tidak lengkap rasanya jika berkunjung ke Probolinggo tanpa mencicipi kuliner khasnya. Anda bisa mencoba Soto Probolinggo yang memiliki kuah kaldu yang kaya dan rempah-rempah yang kuat, atau Nasi Lengko yang segar dan sehat dengan campuran tahu, tauge, dan saus kacang.

Probolinggo adalah destinasi yang sempurna bagi Anda yang ingin menjelajahi keindahan alam, merasakan kekayaan budaya, dan menikmati makanan lezat. Jadi, tunggu apa lagi? Rencanakan perjalanan Anda ke Probolinggo sekarang juga dan buatlah pengalaman yang tak terlupakan!

Reog Kendang Tulungagung: The Rhythmic Pulse of East Java




While many people are familiar with the iconic Reog Ponorogo, the regency of Tulungagung in East Java boasts its own distinct and equally captivating art form: Reog Kendang. This traditional dance is a source of great local pride and sets itself apart by forgoing the large lion mask (Singo Barong) in favor of a powerful focus on rhythm, synchronization, and the dynamic sound of the kendang drum.

The Art of the Performance

A typical Reog Kendang performance features six male dancers, each wearing a vibrant, traditional costume that often includes a black top and a patterned sarong. Their headdresses, adorned with beads and feathers, add to their striking appearance. The defining characteristic of this dance is that the dancers perform a series of energetic and synchronized movements while simultaneously playing a large kendang drum strapped to their waists.

The choreography is a spectacle of power and precision. The dancers move with great agility, mimicking the gallant strides of ancient warriors. Their coordinated steps and unified drum beats create a powerful and exciting rhythm that captivates the audience from start to finish. The harmony and timing of their movements are a testament to their skill and the many hours of practice required to master the art form.

The Kendang: The Heart of the Performance

The kendang, or double-headed drum, is not merely an accompanying instrument; it is the central character of the performance. The rhythms produced by the dancers' hands are the primary source of the music, creating a pulsating soundscape that drives the entire show. Local folklore suggests that Reog Kendang originated from the movements of soldiers on horseback who used the drums to create a rousing tempo during their marches and battles. This history is reflected in the dance's vigorous and spirited movements.

Today, Reog Kendang is an integral part of Tulungagung's cultural life. It is performed during major festivals, community celebrations, and official ceremonies as a welcoming gesture for important guests. The art form symbolizes the values of hard work, courage, and community cooperation. More than just a dance, it is a living tradition that preserves the history and identity of the Tulungagung people.

If you ever find yourself in East Java, experiencing the raw energy and rhythmic beauty of a live Reog Kendang performance is an absolute must. It's a truly unforgettable glimpse into Indonesia's rich and diverse cultural heritage.

Reog Kendang Tulungagung: Tarian Dinamis dari Kota Marmer




Reog Kendang adalah salah satu kesenian kebanggaan Kabupaten Tulungagung yang membedakan dirinya dari kesenian reog di daerah lain, terutama Reog Ponorogo. Kesenian ini tidak menampilkan topeng singa atau dadak merak, melainkan berfokus pada tarian energik dan atraktif yang diiringi oleh tabuhan kendang.

Ciri Khas dan Pertunjukan Pertunjukan Reog Kendang menampilkan enam penari yang mengenakan pakaian serba hitam, dilengkapi dengan ikat kepala khas dan ornamen manik-manik. Gerakan tarian mereka sangat dinamis, seolah-olah mengilustrasikan semangat dan kegagahan prajurit. Para penari ini biasanya menari secara bergantian, menunjukkan keahlian menabuh kendang sambil melakukan koreografi yang rumit. Kekompakan dan sinkronisasi gerakan menjadi daya tarik utama dari tarian ini.

Instrumen dan Filosofi Musik pengiring dalam Reog Kendang sangatlah khas, didominasi oleh suara kendang yang ditabuh secara serentak, menciptakan irama yang bersemangat. Diperkirakan, kesenian ini berasal dari kisah para prajurit zaman dulu yang menunggangi kuda dan menabuh kendang untuk mengiringi pertempuran. Oleh karena itu, gerakan tarinya sering kali menggambarkan gerak-gerik gagah berani seperti menunggang kuda dan memanggul senjata.

Reog Kendang sering dipentaskan dalam berbagai acara, mulai dari festival budaya, upacara adat, hingga penyambutan tamu penting. Kesenian ini bukan hanya hiburan, melainkan juga simbol dari semangat perjuangan, keberanian, dan gotong royong masyarakat Tulungagung.

Semoga penjelasan ini memberikan gambaran yang lebih detail tentang Reog Kendang Tulungagung. Adakah aspek lain yang ingin Anda ketahui lebih dalam?

Menjelajahi Pesona Budaya dan Keindahan Alam Pamekasan: Surga Tersembunyi di Pulau Garam




PAMEKASAN - Terletak di jantung Pulau Madura, Kabupaten Pamekasan menawarkan perpaduan unik antara kekayaan budaya yang luhur dan keindahan alam yang memukau. Dikenal sebagai "Kota Gerbang Salam", Pamekasan menjadi destinasi wisata yang menjanjikan bagi mereka yang ingin merasakan pengalaman otentik dan berbeda dari destinasi wisata lainnya di Jawa Timur.

Jantung Budaya Madura

Pamekasan adalah salah satu pusat kebudayaan Madura yang masih lestari. Berbagai tradisi dan kesenian kuno masih dijaga dengan baik oleh masyarakatnya. Salah satu yang paling terkenal adalah Karapan Sapi, sebuah tradisi balapan sapi yang menjadi ikon budaya Madura. Setiap tahun, ribuan wisatawan, baik domestik maupun mancanegara, datang untuk menyaksikan langsung atraksi yang memacu adrenalin ini.

Selain itu, Pamekasan juga dikenal dengan kerajinan batik tulisnya yang khas. Motif-motif batik Pamekasan sering kali terinspirasi dari alam dan kehidupan sehari-hari masyarakat Madura, dengan warna-warna yang cerah dan berani. Sentra batik tulis di Desa Klampar, Kecamatan Proppo, adalah tempat yang wajib dikunjungi bagi para pecinta seni. Di sana, pengunjung dapat melihat langsung proses pembuatan batik yang rumit dan bahkan mencoba membuatnya sendiri.

Keindahan Alam yang Menawan

Pamekasan juga memiliki pesona alam yang tak kalah menarik. Salah satu permata tersembunyi adalah Pantai Jumiang. Pantai ini menawarkan panorama yang menakjubkan dengan tebing-tebing karang yang menjulang tinggi dan hamparan pasir putih yang lembut. Pemandangan matahari terbenam di Pantai Jumiang adalah momen yang tak terlupakan dan menjadi incaran para fotografer.

Bagi mereka yang menyukai petualangan, Bukit Bruk-Bruk adalah pilihan yang tepat. Dari puncak bukit ini, pengunjung dapat menikmati pemandangan alam Pamekasan dari ketinggian, termasuk sawah-sawah yang hijau dan perbukitan yang bergelombang. Bukit ini juga menjadi lokasi yang populer untuk kegiatan berkemah dan menikmati suasana malam yang tenang.

Tak ketinggalan, Pamekasan juga memiliki Air Terjun Durbugan. Meskipun tidak terlalu tinggi, air terjun ini menawarkan suasana yang sejuk dan damai, dikelilingi oleh pepohonan rindang. Lokasinya yang sedikit tersembunyi menjadikannya tempat yang sempurna untuk melarikan diri dari keramaian kota.

Kuliner Khas yang Menggoda Selera

Perjalanan ke Pamekasan belum lengkap tanpa mencicipi kuliner khasnya. Salah satu yang paling populer adalah Sate Laler, sate daging sapi atau ayam dengan potongan yang sangat kecil, disajikan dengan bumbu kacang khas Madura. Jangan lewatkan juga Tajin Sobih, bubur manis yang terbuat dari tepung ketan, disajikan dengan kuah santan dan gula merah.

Pamekasan adalah destinasi yang sempurna bagi mereka yang ingin mencari pengalaman wisata yang berbeda, memadukan kekayaan budaya dengan keindahan alam yang masih asri. Jadi, jika Anda mencari surga tersembunyi di Pulau Garam, Pamekasan siap menyambut Anda dengan keramahan dan pesonanya yang tak terlupakan.

Exploring the Charm of Pamekasan's Culture and Natural Beauty: A Hidden Paradise on the Salt Island




PAMEKASAN - Nestled in the heart of Madura Island, Pamekasan Regency offers a unique blend of rich cultural heritage and captivating natural beauty. Known as the "City of the Salam Gate," Pamekasan is a promising tourist destination for those seeking an authentic and distinct experience from other places in East Java.

The Heart of Madurese Culture

Pamekasan is one of the centers of a well-preserved Madurese culture. Various ancient traditions and arts are still well-maintained by the community. One of the most famous is Karapan Sapi (Bull Racing), a bull racing tradition that has become a cultural icon of Madura. Every year, thousands of tourists, both domestic and foreign, come to witness this adrenaline-pumping spectacle.

Additionally, Pamekasan is known for its distinctive Batik Tulis (hand-drawn batik) crafts. Pamekasan batik motifs are often inspired by nature and the daily lives of the Madurese people, featuring bright and bold colors. The batik center in Klampar Village, Proppo District, is a must-visit for art lovers. There, visitors can see the intricate batik-making process firsthand and even try their hand at making their own.

Captivating Natural Beauty

Pamekasan also boasts equally attractive natural wonders. One of its hidden gems is Jumiang Beach. This beach offers a stunning panorama with towering rocky cliffs and a stretch of soft white sand. Watching the sunset at Jumiang Beach is an unforgettable moment and a favorite spot for photographers.

For those who love adventure, Bruk-Bruk Hill is an excellent choice. From the top of this hill, visitors can enjoy a view of Pamekasan's landscape from above, including green rice fields and rolling hills. The hill is also a popular location for camping and enjoying a peaceful night atmosphere.

Another natural treasure is Durbugan Waterfall. Although not very high, this waterfall offers a cool and tranquil atmosphere, surrounded by lush trees. Its slightly hidden location makes it a perfect place to escape the hustle and bustle of the city.

Enticing Local Cuisine

A trip to Pamekasan is incomplete without tasting its unique local cuisine. One of the most popular dishes is Sate Laler, a skewer of very small pieces of beef or chicken served with a special Madurese peanut sauce. Don't miss Tajin Sobih, a sweet porridge made from glutinous rice flour, served with coconut milk and brown sugar sauce.

Pamekasan is the perfect destination for those looking for a different kind of travel experience, combining rich culture with pristine natural beauty. So, if you are looking for a hidden paradise on the Salt Island, Pamekasan is ready to welcome you with its unforgettable hospitality and charm.

Pacitan, A Blend of Natural Beauty and Cultural Heritage



Goa Gong

PACITAN – Located in the southern tip of East Java, Pacitan has long been known as a region rich in natural wonders and cultural heritage. Nicknamed the City of a Thousand Caves, Pacitan offers more than just breathtaking landscapes—it also preserves traditional arts and rituals that continue to thrive today.

Natural Attractions: From Beaches to Caves

Pacitan's coastline is one of its main attractions. Klayar Beach stands out as the icon, featuring white sandy shores, giant rock formations, and the unique "sea flute" phenomenon, created by seawater spraying through rocks. Other beaches such as Srau, Watukarung, Teleng Ria, and Buyutan also captivate visitors with stunning views and world-class surfing waves.

Beyond the beaches, Pacitan boasts underground wonders such as Gong Cave, often referred to as one of the most beautiful caves in Southeast Asia. Adorned with magnificent stalactites and stalagmites, the cave's interior comes alive with colorful lights, creating a magical experience for tourists.

Cultural Traditions and Heritage

Pacitan is not only about nature—it also preserves unique cultural traditions. Among them is Wayang Beber, a traditional form of storytelling through scroll-like paintings that are unrolled during performances. This art form has been officially recognized as Indonesia's national cultural heritage and remains a pride of the local community.

Another tradition that draws attention is the Larung Sesaji ceremony at Teleng Ria Beach, where fishermen offer ritual offerings to the sea as a symbol of gratitude for abundant catches and prayers for safety. The event has become both a spiritual celebration and a cultural attraction for visitors.

Support from Government and Community

The local government continues to promote Pacitan as a leading tourism destination by improving infrastructure, supporting cultural preservation, and involving local communities in tourism management. The aim is to balance economic growth with cultural and environmental sustainability.

"Pacitan has great potential from both nature and culture. The challenge is to manage it wisely so that the benefits can be felt by the community while keeping its authenticity," said a local tourism activist.

Conclusion

With its enchanting landscapes and strong cultural identity, Pacitan is truly a hidden gem in East Java. Every corner tells a story—from the roaring waves of its beaches to the scrolls of Wayang Beber filled with ancestral wisdom.

Pacitan is not only a place to visit, but also a destination to learn how nature, culture, and community can coexist in harmony for future generations.


Pacitan, Perpaduan Wisata Alam dan Budaya yang Memikat




PACITAN – Kabupaten Pacitan di ujung selatan Jawa Timur dikenal sebagai daerah dengan sejuta pesona. Dijuluki Kota 1001 Goa, Pacitan tidak hanya menawarkan keindahan panorama alam, tetapi juga kekayaan budaya yang masih terjaga hingga kini.

Pesona Alam: Dari Pantai hingga Goa

Wisata pantai menjadi salah satu daya tarik utama Pacitan. Pantai Klayar menjadi ikon dengan hamparan pasir putih, batu karang menjulang, dan fenomena unik berupa semburan air laut yang disebut "seruling laut". Selain Klayar, wisatawan juga bisa menikmati pesona Pantai Srau, Watukarung, Teleng Ria, hingga Pantai Buyutan yang terkenal dengan pemandangan sunset memukau.

Tak hanya pesisir, Pacitan juga menyimpan keindahan alam bawah tanah. Goa Gong adalah salah satu goa terindah di Asia Tenggara dengan stalaktit dan stalagmit alami yang memancarkan keindahan tersendiri saat terkena cahaya lampu warna-warni. Goa ini menjadi destinasi favorit wisatawan domestik maupun mancanegara.

Warisan Budaya dan Tradisi

Selain alam, Pacitan kaya akan budaya tradisional. Salah satu yang paling terkenal adalah Wayang Beber, kesenian unik yang menceritakan kisah pewayangan melalui lembaran bergambar yang digulung. Wayang Beber Pacitan telah ditetapkan sebagai warisan budaya nasional dan menjadi kebanggaan masyarakat setempat.

Tradisi lainnya yang masih lestari adalah Larung Sesaji di Pantai Teleng Ria. Upacara adat ini digelar sebagai bentuk syukur nelayan atas hasil laut sekaligus doa agar dijauhkan dari marabahaya. Ritual tersebut rutin menarik perhatian wisatawan karena memadukan nilai spiritual dengan hiburan rakyat.

Dukungan Pemerintah dan Masyarakat

Pemerintah Kabupaten Pacitan terus berupaya mengoptimalkan potensi wisata dengan memperbaiki infrastruktur, mempromosikan destinasi, serta melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaan wisata. Tujuannya, wisata Pacitan tidak hanya meningkatkan perekonomian daerah, tetapi juga menjaga kelestarian budaya.

"Pacitan punya modal besar dari alam dan budaya. Tantangannya adalah bagaimana mengelola dengan bijak agar manfaatnya bisa dirasakan masyarakat tanpa merusak kelestarian," ujar salah seorang pegiat wisata lokal.

Penutup

Dengan perpaduan wisata alam yang menawan dan budaya yang khas, Pacitan layak disebut sebagai salah satu mutiara tersembunyi di Jawa Timur. Setiap sudutnya menyimpan cerita, dari deburan ombak pantai hingga lembaran Wayang Beber yang sarat makna.

Pacitan bukan sekadar tempat untuk berlibur, tetapi juga ruang belajar tentang bagaimana alam, budaya, dan masyarakat bisa berjalan beriringan menjaga warisan untuk generasi mendatang.


Menjelajahi Pesona Alam dan Sejarah di Ngawi


Ngawi, sebuah kabupaten di Jawa Timur, sering dijuluki sebagai daerah dengan pemandangan alam yang kaya. Di balik keindahan alamnya, Ngawi juga menyimpan kekayaan sejarah dan budaya yang menarik untuk dijelajahi.

Salah satu destinasi paling terkenal di Ngawi adalah Museum Trinil. Museum ini dikenal di dunia sebagai salah satu tempat penemuan fosil manusia purba Pithecanthropus Erectus. Museum ini didedikasikan untuk Eugene Dubois, seorang ahli anatomi berkebangsaan Belanda yang menemukan fosil tersebut dan menginspirasi pendirian museum di tempat penemuan pertama.

Selain Museum Trinil, Ngawi memiliki beragam objek wisata alam yang tak kalah menawan, seperti:

  • Taman Rekreasi Tawun: Tempat yang ideal untuk bersantai dan menikmati suasana alam.

  • Air Terjun Srampang: Destinasi yang menawarkan keindahan air terjun dan kesegaran alam.

  • Bendungan Pondok: Cocok untuk kegiatan memancing atau sekadar menikmati pemandangan air yang tenang.

  • Petilasan Srigati: Tempat bersejarah yang sering dikunjungi untuk ziarah.

  • Perkebunan Teh Jamus: Para pengunjung dapat menikmati udara sejuk dan pemandangan perkebunan teh yang hijau dan asri. Kawasan agrowisata ini menawarkan pengalaman yang menenangkan bagi siapa pun yang ingin lari sejenak dari hiruk pikuk kota.

Tidak hanya kaya akan alam dan sejarah, Ngawi juga memiliki potensi besar dalam hal seni dan budaya. Berbagai kesenian khas masyarakat Ngawi dapat dinikmati, seperti tari Reogtari Orek-orekseni GaplikKecetanseni pedalanganukiran kayu, dan kaligrafi. Berbagai produk seni ini mencerminkan kreativitas dan kearifan lokal yang terus dijaga oleh masyarakat Ngawi.

Dengan perpaduan alam, sejarah, dan seni budayanya, Ngawi menawarkan pengalaman wisata yang lengkap dan berkesan bagi setiap pengunjung.

Exploring the Natural Beauty and History of Ngawi

Ngawi, a regency in East Java, is often called an area with rich natural scenery. Beyond its natural beauty, Ngawi also holds a wealth of fascinating history and culture to explore.

One of the most famous destinations in Ngawi is the Trinil Museum. This museum is known globally as one of the sites where the fossil of the prehistoric man, Pithecanthropus Erectus, was discovered. The museum is dedicated to Eugene Dubois, a Dutch anatomist who found the fossil and inspired the establishment of the museum at the initial discovery site.

Besides the Trinil Museum, Ngawi has a variety of equally charming natural tourist attractions, such as:

  • Tawun Recreational Park: An ideal place to relax and enjoy the natural atmosphere.

  • Srampang Waterfall: A destination offering the beauty of a waterfall and the freshness of nature.

  • Pondok Dam: Suitable for fishing activities or simply enjoying the tranquil water views.

  • Srigati Pilgrimage Site: A historical place often visited for spiritual pilgrimages.

  • Jamus Tea Plantation: Visitors can enjoy the cool air and the beautiful, lush green tea plantation scenery. This agro-tourism area offers a calming experience for anyone looking to escape the hustle and bustle of the city.

Ngawi is not only rich in nature and history but also has great potential in art and culture. Various unique arts of the Ngawi community can be enjoyed, such as Reog dance, Orek-orek dance, Gaplik art, Kecetan, puppet playing art, wood carving, and calligraphy. These diverse art products reflect the creativity and local wisdom continuously preserved by the people of Ngawi.

With its blend of nature, history, and cultural arts, Ngawi offers a complete and memorable tourism experience for every visitor.

Grojogan Sewu: A Majestic Waterfall with a Thousand Charms




Nestled on the slopes of Mount Lawu in Central Java, Grojogan Sewu Waterfall is a natural wonder that captivates visitors with its breathtaking beauty and a name that hints at a grand scale. The name "Grojogan Sewu" itself is derived from Javanese, with "Grojogan" meaning waterfall and "Sewu" meaning a thousand. While the number of cascades isn't literally a thousand, the name is believed to refer to the countless streams that flow down the cliff, creating a truly magnificent spectacle.

This waterfall, located in Tawangmangu, Karanganyar Regency, stands at a majestic height of 81 meters (266 feet). The sheer force of the water crashing down creates a thunderous roar and a refreshing mist that envelops the surrounding area, offering a sense of tranquility and a welcome escape from the bustling city life.

Beyond the main cascade, the area surrounding Grojogan Sewu is a nature lover's paradise. Visitors can explore the lush green forest, which serves as a habitat for a variety of flora and fauna. A notable feature of the park is the presence of friendly long-tailed macaques that often greet visitors along the walking paths. While they are generally harmless, it's wise to keep an eye on personal belongings as the monkeys are known to be curious.

One of the most popular attractions is the wooden bridge that spans the river at the base of the waterfall. This spot offers a fantastic vantage point for photographers and a perfect place to capture the beauty of the cascade in a single frame. This bridge is also part of a local myth, where it is believed that unmarried couples who cross it will have their relationship end. Regardless of the myth, the bridge remains a favorite spot for visitors to enjoy the view and take photos.

To reach the waterfall, visitors must descend a series of steps—a journey that adds to the experience. The number of steps is often cited to be around 1,250, reflecting the "thousand" in the waterfall's name. While the descent and subsequent climb back up can be physically demanding, the stunning scenery and the refreshing ambiance of the waterfall make the effort well worth it.

Grojogan Sewu offers a complete experience, from the invigorating hike to the breathtaking view and the opportunity to connect with nature. With its awe-inspiring natural beauty and unique local charm, it's no surprise that this waterfall is a cherished destination for both local and international tourists. Whether you're seeking adventure, a peaceful retreat, or simply a chance to appreciate nature's grandeur, Grojogan Sewu is a must-visit destination in Central Java.

Menjelajahi Keindahan Air Terjun Grojogan Sewu: Permata Alam di Kaki Gunung Lawu




Indonesia, negeri yang kaya akan keindahan alam, memiliki berbagai destinasi wisata yang memukau. Salah satu permata tersembunyi yang menjadi daya tarik utama bagi para pecinta alam adalah Air Terjun Grojogan Sewu. Berlokasi di lereng Gunung Lawu, Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, air terjun ini menawarkan pesona yang tak terlupakan dengan kombinasi keindahan alam, udara sejuk, dan cerita-cerita unik di baliknya.

Asal-usul Nama dan Pesona yang Memukau

Nama "Grojogan Sewu" berasal dari bahasa Jawa, di mana "Grojogan" berarti air terjun dan "Sewu" berarti seribu. Meskipun secara harfiah berarti "air terjun seribu", jumlah air terjun di lokasi ini tidak benar-benar seribu. Nama "sewu" lebih mengacu pada ribuan titik air terjun atau tetesan air yang jatuh, serta cerita rakyat yang menyebutkan bahwa ada 1000 anak tangga untuk mencapai air terjun. Saat ini, jumlah anak tangga yang harus dilewati diperkirakan sekitar 1250, sebuah tantangan fisik yang sebanding dengan keindahan yang menanti di puncaknya.

Air Terjun Grojogan Sewu memiliki ketinggian sekitar 81 meter, menjadikannya pemandangan yang megah dengan debit air yang deras. Gemuruh air yang jatuh dari ketinggian menciptakan suara alam yang menenangkan dan kabut air yang menyegarkan, sering kali membentuk pelangi di bawah sinar matahari. Keasrian hutan tropis di sekitarnya menambah kesan damai dan sejuk, menjadikannya tempat yang sempurna untuk melepas penat dari hiruk pikuk kehidupan kota.

Daya Tarik dan Aktivitas Seru di Grojogan Sewu

Selain keindahan air terjunnya, Grojogan Sewu menawarkan beragam daya tarik dan aktivitas yang bisa dinikmati pengunjung:

  • Trekking dan Keindahan Alam: Perjalanan menuju air terjun merupakan petualangan tersendiri. Pengunjung akan melewati anak tangga yang panjang, diselimuti pepohonan rindang dan udara pegunungan yang segar. Sepanjang perjalanan, Anda akan disambut oleh monyet-monyet ekor panjang yang menjadi penghuni setia area ini.
  • Spot Foto Instagramable: Terdapat beberapa spot menarik untuk mengabadikan momen, salah satunya adalah jembatan di seberang air terjun yang menjadi latar foto favorit. Keindahan alam yang masih asri, gemericik air, dan pepohonan hijau menjadi latar belakang sempurna untuk berfoto.
  • Wahana dan Fasilitas: Kawasan wisata ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk menunjang kenyamanan pengunjung, seperti area parkir, toilet, musholla, warung makan yang menyajikan kuliner khas seperti sate kelinci, toko oleh-oleh, area bermain anak, dan bahkan kolam renang. Bagi yang menyukai tantangan, ada juga wahana flying fox yang memungkinkan Anda meluncur di atas sungai.
  • Mitos Jembatan "Kreteg Pegat": Grojogan Sewu juga terkenal dengan mitos "Kreteg Pegat" atau Jembatan Putus. Konon, pasangan yang belum menikah dan melewati jembatan ini akan mengalami putus hubungan. Mitos ini menambah unsur misteri dan cerita unik bagi para pengunjung.

Lokasi, Akses, dan Harga Tiket

Air Terjun Grojogan Sewu terletak di Jl. Raya Tawangmangu, Beji, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Lokasinya mudah dijangkau dengan kendaraan pribadi maupun transportasi umum.

  • Jam Buka: Setiap hari, pukul 08.00 - 16.00 WIB.
  • Harga Tiket Masuk: Untuk wisatawan domestik, harga tiket masuk berkisar antara Rp 22.000 hingga Rp 29.500 per orang.

Air Terjun Grojogan Sewu adalah destinasi yang sempurna bagi mereka yang mencari ketenangan, petualangan, dan keindahan alam. Dengan pesonanya yang tak lekang oleh waktu, Grojogan Sewu membuktikan dirinya sebagai salah satu keajaiban alam di kaki Gunung Lawu yang patut untuk dikunjungi. Jangan lupa untuk membawa alas kaki yang nyaman dan siapkan fisik yang prima untuk menjelajahi keindahan tersembunyi ini!

Indonesia's Best Law Schools in 2025: Fierce Competition and Superior Quality




The world of higher education in Indonesia continues to demonstrate its dynamism, especially in the field of law. Every year, thousands of prospective students compete to enter the best law schools. Based on various rankings and reputations, here are some institutions that rank among Indonesia's best law schools in 2025.

The Dominance of Universitas Indonesia (UI)

The Faculty of Law at Universitas Indonesia (FHUI) once again holds the top position. FHUI is known for its curriculum, which is constantly updated to remain relevant to global legal developments. With an A accreditation, FHUI not only offers quality education but also boasts a vast and influential alumni network. Many FHUI graduates hold key positions in government, judicial institutions, leading law firms, and international organizations. This reputation makes UI a primary choice for those aspiring to a career in law.

Strong Competition from UGM and Unair

In the subsequent positions, Universitas Gadjah Mada (UGM) demonstrates fierce competition. The Faculty of Law at UGM in Yogyakarta is renowned for its in-depth academic approach. FH UGM emphasizes the importance of research and community service, ensuring that its graduates not only master theory but are also sensitive to social issues.

Meanwhile, Universitas Airlangga (Unair) in Surabaya continues to solidify its position. FH Unair is known for its curriculum innovations, particularly in business law and international law. Extensive international collaborations also add value, providing students with opportunities for global experience through exchange programs and partnerships.

Unpad and Other Leading Campuses

Not only in the central and eastern parts of Java, but Universitas Padjadjaran (Unpad) in Bandung is also a popular choice. The Faculty of Law at Unpad has an excellent reputation for its high-quality teaching. Unpad is known for its focus on contemporary legal issues and produces graduates who are ready to compete in the professional world.

In addition to the major names above, several other institutions are also worth considering, including:

  • Universitas Brawijaya (UB): Excels in business law.
  • Universitas Diponegoro (Undip): Known for active publications and legal research.
  • Universitas Hasanuddin (Unhas): A reliable choice in the eastern part of Indonesia.
  • Universitas Islam Indonesia (UII): Offers a unique curriculum that integrates positive law with Islamic values.

Choosing the best law school is not merely about looking at rankings. It is crucial to consider the specializations offered, the reputation of the lecturers, the curriculum, and the career opportunities available. By doing so, prospective students can find the institution that best aligns with their interests and future goals.

Menilik Kampus Hukum Terbaik di Indonesia 2025: Persaingan Ketat dan Kualitas Unggul




Dunia pendidikan tinggi di Indonesia terus menunjukkan dinamikanya, terutama dalam bidang hukum. Setiap tahun, ribuan calon mahasiswa berlomba-lomba untuk masuk ke kampus-kampus hukum terbaik. Berdasarkan berbagai pemeringkatan dan reputasi, berikut adalah beberapa institusi yang menempati posisi teratas sebagai kampus hukum terbaik di Indonesia pada tahun 2025.

Dominasi Universitas Indonesia (UI)

Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI) kembali menempati posisi teratas. FHUI dikenal dengan kurikulumnya yang selalu diperbarui agar relevan dengan perkembangan hukum global. Dengan akreditasi A, FHUI tidak hanya menawarkan pendidikan berkualitas, tetapi juga memiliki jaringan alumni yang sangat luas dan berpengaruh. Lulusan FHUI banyak yang menduduki posisi kunci di pemerintahan, lembaga peradilan, firma hukum terkemuka, hingga organisasi internasional. Reputasi ini menjadikan UI sebagai pilihan utama bagi mereka yang ingin meniti karier di bidang hukum.

Persaingan Kuat dari UGM dan Unair

Di posisi berikutnya, Universitas Gadjah Mada (UGM) menunjukkan persaingan yang ketat. Fakultas Hukum UGM di Yogyakarta terkenal dengan pendekatan akademisnya yang mendalam. FH UGM menekankan pentingnya riset dan pengabdian masyarakat, sehingga lulusannya tidak hanya menguasai teori, tetapi juga peka terhadap isu-isu sosial.

Sementara itu, Universitas Airlangga (Unair) di Surabaya terus mengukuhkan posisinya. FH Unair dikenal dengan inovasi dalam kurikulum, khususnya di bidang hukum bisnis dan hukum internasional. Kerja sama internasional yang luas juga menjadi nilai tambah, memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman global melalui pertukaran pelajar dan program kemitraan.

Unpad dan Kampus Unggulan Lainnya

Tidak hanya di Pulau Jawa bagian tengah dan timur, Universitas Padjadjaran (Unpad) di Bandung juga menjadi pilihan favorit. Fakultas Hukum Unpad memiliki reputasi yang sangat baik dengan kualitas pengajaran yang mumpuni. Unpad dikenal dengan fokusnya pada isu-isu hukum kontemporer dan menghasilkan lulusan yang siap bersaing di dunia kerja.

Selain nama-nama besar di atas, beberapa institusi lain juga layak dipertimbangkan, antara lain:

  • Universitas Brawijaya (UB): Unggul di bidang hukum bisnis.
  • Universitas Diponegoro (Undip): Terkenal aktif dalam publikasi dan riset hukum.
  • Universitas Hasanuddin (Unhas): Menjadi andalan di wilayah timur Indonesia.
  • Universitas Islam Indonesia (UII): Menawarkan kurikulum yang mengintegrasikan hukum positif dan nilai-nilai Islam.

Memilih kampus hukum terbaik bukanlah sekadar melihat peringkat. Penting untuk mempertimbangkan spesialisasi yang ditawarkan, reputasi dosen, kurikulum, serta peluang karier yang tersedia. Dengan begitu, calon mahasiswa dapat menemukan institusi yang paling sesuai dengan minat dan tujuan mereka di masa depan.

Magetan, Permata Wisata di Lereng Gunung Lawu




Magetan – Kabupaten Magetan yang berada di lereng Gunung Lawu dan berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah, dikenal sebagai salah satu daerah di Jawa Timur yang kaya akan pesona alam dan warisan budaya. Dengan bentang alam yang indah, Magetan menawarkan berbagai destinasi wisata alam, mulai dari danau hingga air terjun, yang tersebar hampir di seluruh 13 kecamatan.

Dari sekian banyak destinasi, yang paling populer adalah Telaga Sarangan, danau alami yang dikelilingi panorama pegunungan nan menawan. Udara sejuk dan pemandangan indah menjadikan Telaga Sarangan sebagai magnet wisata utama. Selain wisata alam, Magetan juga memiliki objek wisata sejarah berupa candi, makam, dan prasasti yang sarat nilai budaya.

Tak hanya wisata, Magetan juga dikenal dengan industri kerajinan lokal, seperti kerajinan bulu, bambu, hingga alat musik tradisional. Di bidang pertanian, Magetan berkembang pesat dengan hasil sayur-mayur serta buah jeruk yang menjadi kebanggaan daerah. Dua jeruk khas Magetan yang terkenal adalah jeruk Pamelo dan jeruk Srinyo, yang banyak dibudidayakan di Kecamatan Sukomoro dan Bendo.

Daya tarik Magetan semakin lengkap dengan keberagaman seni tradisionalnya. Tarian khas seperti Tari Gondang BaruTari Iring-iring, dan Tari Godril masih terus dilestarikan dan dipentaskan dalam berbagai acara budaya. Kesenian ini menjadi identitas sekaligus cerminan kekayaan tradisi masyarakat Magetan.

Dengan keindahan alam, hasil pertanian, serta kekayaan budaya yang dimiliki, Kabupaten Magetan menyuguhkan pengalaman wisata yang lengkap bagi pengunjung. Mulai dari menikmati keasrian Telaga Sarangan hingga membawa pulang cendera mata khas, Magetan siap memanjakan wisatawan dengan pesona alam dan keramahan warganya.

Kunjungi Kabupaten Magetan di Jawa Timur – Indonesia, dan nikmati keindahan wisata alam, budaya, serta kerajinannya yang memikat.




Magetan, the Hidden Gem of East Java’s Tourism




Magetan
 – Magetan Regency, located on the slopes of Mount Lawu and bordering Central Java Province, is one of East Java's regions rich in natural beauty and cultural heritage. With its diverse landscapes, the regency offers numerous natural attractions, from serene lakes to enchanting waterfalls, spread across its 13 districts.

Among its many destinations, the highlight is Sarangan Lake, a popular tourist spot known for its breathtaking scenery and refreshing mountain air. In addition to natural wonders, Magetan also offers historical tourism objects, including ancient temples, sacred graves, and inscriptions that reflect the region's cultural legacy.

Magetan is not only about tourism but also renowned for its local industries, particularly feather handicrafts, bamboo products, and traditional music instruments. The regency also thrives in agriculture and horticulture, producing fresh vegetables and citrus fruits. Its signature fruits, the Pamelo Orange and the Srinyo Orange, are cultivated mainly in Sukomoro and Bendo districts, making them a proud icon of Magetan's farming tradition.

Cultural richness also adds to Magetan's charm. The regency is home to traditional dances such as the Gondang Baru Dance, the Iring-iring Dance, and the Godril Dance, which continue to be performed in various cultural events and ceremonies. These art forms represent the spirit and identity of Magetan's people.

With its natural beauty, agricultural wealth, and cultural traditions, Magetan offers visitors a complete tourism experience. From enjoying the cool breeze of Sarangan Lake to taking home unique handmade souvenirs, Magetan invites travelers to explore and appreciate its hidden treasures.

Visit Magetan in East Java, Indonesia, and discover the wonders of its nature, culture, and hospitality.




Wisata Madiun, Perpaduan Alam, Budaya, dan Sejarah yang Memikat




Madiun – Kabupaten Madiun memiliki potensi wisata yang patut dibanggakan. Wilayah ini terdiri dari hutan, wisata alam, wisata minat khusus, hingga wisata budaya yang mampu menarik minat wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.

Salah satu destinasi andalan adalah Waduk Bening Widas yang berada di Desa Petung, Desa Pajaran, Kecamatan Saradan. Waduk ini dikelilingi kawasan hutan yang sejuk dengan infrastruktur penunjang wisata yang memadai. Keindahan panorama waduk semakin semarak dengan adanya kegiatan pemancingan yang menjadi daya tarik tersendiri.

Tak jauh dari kawasan tersebut, terdapat Hutan Wisata Grapak, yang berada di sekitar kebun pembibitan jati serta hutan lindung. Kawasan ini dilengkapi sarana pendukung sehingga semakin mempercantik suasana dan cocok sebagai tempat rekreasi keluarga.

Madiun juga menyimpan nilai sejarah melalui Monumen Perjuangan Korban Kekejaman PKI 1948. Monumen ini menjadi saksi sejarah sekaligus pengingat perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan Pancasila dan UUD 1945. Keberadaannya penting untuk menanamkan semangat heroisme bagi generasi muda.

Bagi pencinta wisata air, Taman Rekreasi Umbul di Desa Ngglonggong, Kecamatan Dolopo, menawarkan pemandian air belerang yang menyehatkan. Selain itu, kawasan ini juga memiliki peninggalan sejarah bercorak Hindu-Buddha yang menambah nilai edukatif.

Untuk wisata minat khusus, Kecamatan Dagangan dikenal dengan kawasan Segulung yang memiliki hutan lindung nan indah. Sementara itu, Desa Kare, Kecamatan Kare menyajikan panorama alami Air Terjun Suweru atau Serondo, serta wisata agro berupa kebun apel merah dan hijau, jeruk, anggrek, hingga cengkeh.

Dari sisi budaya, Madiun memiliki tradisi unik berupa Upacara Suro yang digelar setiap tahun di Desa Nglambangan, Kecamatan Wungu. Tradisi ini menyimpan berbagai misteri dan nilai budaya yang belum seluruhnya terungkap, sehingga selalu menarik perhatian wisatawan.

Pemerintah Kabupaten Madiun terus berupaya mengembangkan destinasi wisata tersebut dengan menggandeng para pelaku usaha pariwisata serta sektor terkait. Tujuannya, agar potensi wisata yang dimiliki dapat dikenal lebih luas dan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat.

Dengan keindahan alam, kekayaan budaya, serta nilai sejarah yang dimiliki, Kabupaten Madiun layak menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Jawa Timur.


Madiun Tourism: A Blend of Nature, Culture, and History




Madiun – Madiun Regency holds remarkable tourism potential worth being proud of. The region offers a diverse range of attractions, from natural destinations and special interest tours to cultural heritage sites that continue to draw both domestic and international visitors.

One of its prime attractions is Bening Widas Dam, located in Petung Village and Pajaran Village, Saradan Subdistrict. Surrounded by lush forests, the dam provides a refreshing atmosphere with well-developed facilities. The scenic beauty of the reservoir is further enhanced by fishing activities that make it a favorite spot among tourists.

Another highlight is the Grape Forest Tour, an area surrounded by teak seedling plantations and protected forests. Supported by various facilities, the site offers a refreshing natural environment, making it a popular recreational destination in Madiun.

Madiun is also home to historical tourism, including the Monument of PKI Atrocities in 1948. This monument stands as a reminder of the nation's struggle and sacrifices to uphold Pancasila and the 1945 Constitution. It plays an important role in instilling patriotism and historical awareness among the younger generation.

For those seeking wellness and relaxation, Umbul Recreation Park in Ngglonggong Village, Dolopo District, offers natural sulfur baths. The site is also enriched with Hindu-Buddhist relics, adding educational value to the recreational experience.

In terms of special interest tourism, Segulung in Dagangan District is known for its beautiful protected forests. Meanwhile, Kare Village in Kare District is famous for Suweru (or Serondo) Waterfall and its agro-tourism attractions, which include apple orchards, citrus plantations, orchids, and clove gardens—offering a refreshing natural panorama.

From a cultural perspective, Madiun is renowned for the Suro Month Ceremony, held annually in Nglambangan Village, Wungu District. This traditional ritual is deeply rooted in Hindu-Buddhist history and remains shrouded in mystery, making it a captivating event for visitors.

The Madiun Regency Government continues to develop these attractions in collaboration with tourism stakeholders and local businesses. The goal is to introduce Madiun's tourism potential to a wider audience while supporting economic growth for the community.

With its natural charm, cultural richness, and historical significance, Madiun Regency truly deserves recognition as one of East Java's outstanding tourism destinations.


Menikmati Pesona Lumajang, Surga Wisata Alam di Selatan Jawa Timur




Apakah Anda sedang mencari destinasi wisata alam dengan panorama lengkap? Lumajang jawabannya. Kabupaten yang dijuluki "Kota Pisang" ini terletak di pesisir selatan Jawa Timur, hanya sekitar 190 kilometer dari Surabaya, dan menyimpan sejuta pesona yang wajib Anda kunjungi.

Mulailah perjalanan dengan menikmati keindahan Segitiga Ranu—Ranu Klakah, Ranu Bedali, dan Ranu Pakis—tiga danau cantik yang menawarkan kesejukan alami dan pemandangan menawan.

Bagi pencinta petualangan, Gunung Semeru adalah ikon wisata Lumajang yang tak boleh dilewatkan. Sebagai gunung tertinggi di Jawa, Mahameru selalu menjadi magnet bagi para pendaki. Fenomena asap kawah yang muncul setiap lima menit akan menambah sensasi magis di puncaknya.

Bila ingin suasana santai, deretan pantai seperti Watu Godeg, Watu Gedeg, Tlepuk, dan Dampar siap menyambut Anda dengan keindahan ombak dan panorama alami. Sementara itu, Goa Tetes menghadirkan keajaiban stalaktit dan stalagmit berwarna-warni yang menakjubkan.

Datanglah ke Lumajang bersama keluarga, sahabat, atau pasangan, dan rasakan pengalaman wisata yang unik. Dengan akses yang mudah ditempuh baik menggunakan kendaraan pribadi maupun transportasi umum, Lumajang siap memberikan pengalaman tak terlupakan bagi setiap wisatawan.

Pesona Lamongan: Permata Tersembunyi di Jantung Jawa Timur




Lamongan, Jawa Timur — Di tengah deretan destinasi populer di Jawa Timur, Kabupaten Lamongan muncul sebagai sebuah permata yang tak boleh dilewatkan. Menyuguhkan perpaduan harmonis antara keindahan alam, kekayaan budaya, dan inovasi industri kreatif, Lamongan menawarkan pengalaman wisata yang komprehensif, sejalan dengan konsep The East Java Natural Enchantment.

Kabupaten ini bukan sekadar wilayah geografis, melainkan sebuah kanvas yang menampilkan keunikan dan pesona yang otentik. Destinasi alamnya memukau, mulai dari keajaiban geologi Goa Maharani yang memancarkan pesona stalaktit dan stalagmit, hingga keindahan rekreasi modern di Wisata Bahari Lamongan (WBL), sebuah kawasan terpadu yang memadukan wisata pantai dengan wahana hiburan kelas dunia. Di sisi lain, Waduk Gondang menawarkan panorama yang tenang dan memanjakan mata, cocok untuk para pencari ketenangan dan keindahan alami.

Sebagai bagian integral dari GERBANGKERTOSUSILA, sebuah satuan wilayah pembangunan strategis, posisi Lamongan semakin diperkuat. Kawasan ini mencakup Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Sumenep, Sidoarjo, dan Lamongan sendiri, menegaskan peran vital Lamongan sebagai pusat perkembangan pariwisata, industri, dan ekonomi kreatif di kawasan tersebut.

Tak hanya menawan di sektor pariwisata, Lamongan juga dikenal sebagai gudang industri kreatif yang kaya akan tradisi. Kerajinan tangan yang lahir dari kearifan lokal menjadi bukti nyata, seperti industri kerajinan bambu, ukiran kayu, gerabah, dan seni membatik yang memancarkan motif-motif khas. Sentuhan modern juga terlihat pada produk-produk seperti kerajinan tas dan pembuatan karpet yang telah menembus pasar yang lebih luas. Beragam industri ini tidak hanya menjadi penopang ekonomi, tetapi juga menjaga warisan budaya Lamongan tetap hidup dan relevan.

Dengan kekayaan alam yang memikat, warisan budaya yang kuat, dan dinamisme industri kreatif, Lamongan terus membangun identitasnya sebagai destinasi wisata unggulan di Jawa Timur. Kabupaten ini bukan hanya tempat untuk dikunjungi, melainkan sebuah pengalaman yang akan meninggalkan kesan mendalam bagi setiap wisatawan.


The Allure of Lamongan: East Java’s Hidden Gem




Lamongan, East Java — Amidst the popular destinations in East Java, Lamongan regency emerges as a hidden gem not to be missed. Offering a harmonious blend of natural beauty, rich culture, and creative industry innovation, Lamongan provides a comprehensive tourist experience, perfectly aligned with the concept of The East Java Natural Enchantment.

This regency is not merely a geographical area but a canvas that showcases its authentic charm and uniqueness. Its natural destinations are captivating, from the geological marvel of Goa Maharani with its enchanting stalactites and stalagmites, to the modern recreational beauty of Wisata Bahari Lamongan (WBL)—an integrated resort that combines beach tourism with world-class entertainment rides. Meanwhile, the serene panorama of Waduk Gondang offers a peaceful and eye-pleasing escape for those seeking tranquility and natural beauty.

As an integral part of GERBANGKERTOSUSILA, a strategic development region, Lamongan's position is further strengthened. This area includes Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Sumenep, Sidoarjo, and Lamongan itself, affirming its vital role as a hub for tourism, industry, and creative economy development.

Beyond its charming tourism sector, Lamongan is also known as a hub of creative industries rich in tradition. Handicrafts born from local wisdom serve as tangible proof, such as the bamboo, wood carving, pottery, and batik industries, which showcase distinct local motifs. Modern touches are also evident in products like handcrafted bags and carpet production that have penetrated broader markets. These diverse industries not only support the economy but also ensure that Lamongan's cultural heritage remains alive and relevant.

With its captivating natural wealth, strong cultural heritage, and dynamic creative industry, Lamongan continues to build its identity as a leading tourist destination in East Java. This regency is more than just a place to visit; it is an experience that will leave a lasting impression on every traveler.

Kediri, Surga Wisata Tanpa Pantai di Jawa Timur




KEDIRI – Jawa Timur dikenal memiliki banyak destinasi wisata menarik, salah satunya adalah Kabupaten Kediri. Meski letaknya cukup jauh dari Surabaya, ibu kota provinsi, Kediri tetap menjadi pilihan favorit wisatawan. Daerah ini tercatat sebagai kota terbesar ketiga di Jawa Timur dan memiliki beragam daya tarik mulai dari monumen, wisata alam, tempat rekreasi, peninggalan sejarah, hingga desa-desa tradisional.

Menariknya, meski tidak memiliki pantai, Kediri justru dikenal sebagai produsen rokok dan gula terbesar di Indonesia. Tak heran bila popularitasnya semakin meningkat dan wisatawan terus berdatangan dari waktu ke waktu.

Nuansa dan Kondisi Wilayah

Kabupaten Kediri memiliki luas wilayah sekitar 6.340 hektare. Kota ini dialiri Sungai Brantas dan berada di kaki Gunung Wilis. Kondisi alamnya asri, dengan sejumlah dataran tinggi yang cocok untuk trekking dan wisata petualangan.

Selain itu, Kediri juga dihuni oleh masyarakat dengan latar belakang beragam, termasuk keturunan Arab dan Tionghoa. Fasilitas publik dan akomodasi pun tergolong lengkap, mencerminkan Kediri sebagai daerah yang berkembang pesat.

Menjelajah Destinasi Wisata Kediri

Bagi wisatawan, Kediri menawarkan ragam aktivitas liburan, mulai dari wisata religi, wisata alam, hingga kuliner khas.

  • Wisata alam & sejarah: Desa Pojok dengan Goa Selomangleng menjadi destinasi favorit pecinta alam. Ada pula situs bersejarah seperti Candi Setono Gedong, Vihara Tjio Hwie Kiong, dan Museum Airlangga.

  • Rekreasi keluarga: Wisata air populer seperti Selomangleng Waterpark, Kolam Renang Tirtoyoso, hingga Pagora cocok untuk liburan bersama anak-anak. Untuk bersantai, wisatawan bisa mengunjungi Taman Sekartaji atau alun-alun kota.

  • Wisata religi: Kediri juga memiliki situs religi seperti Makam Mbah Wasil serta sejumlah masjid megah yang sarat nilai spiritual.

Wisata Kuliner Khas

Tidak lengkap rasanya jika berkunjung ke Kediri tanpa mencicipi kulinernya. Berbagai makanan tradisional siap memanjakan lidah wisatawan, di antaranya Soto Kediri, Gethuk Gedhang, Tahu Takwa, Pecel, hingga Jagung Bakar. Menariknya, sebagian besar kuliner ini dapat dinikmati langsung di pinggir jalan bersama masyarakat lokal, sehingga menghadirkan pengalaman otentik dan akrab.

Destinasi Wisata Sekitar Kediri

Selain menjelajahi kota, wisatawan juga bisa mengunjungi destinasi menarik di sekitarnya seperti:

  • Prasasti Tirukidul

  • Watu Gajah

  • Kompleks Pohsarang

  • Gunung Kelud

  • Sungai Harinjing

Dengan segala keunikan dan kekayaannya, Kediri berhasil membuktikan diri sebagai destinasi wisata yang layak dikunjungi. Meski tanpa pantai, keindahan alam, sejarah, religi, dan kulinernya mampu menghadirkan pengalaman liburan tak terlupakan di Jawa Timur.


Kediri, a Unique Tourist Destination Without Beaches in East Java




KEDIRI – East Java is home to countless vacation spots, and Kediri Regency stands out as one of the most attractive. Although located quite far from Surabaya, the provincial capital, Kediri remains a favorite destination for travelers. As the third-largest city in East Java, Kediri offers a wide range of attractions, from monuments, natural landscapes, recreational parks, and historical landmarks to traditional villages.

Interestingly, Kediri has no beaches. Instead, it is widely known as Indonesia's largest producer of both cigarettes and sugar. This reputation, combined with its cultural richness, has made the regency increasingly popular among tourists.

The Atmosphere and Surroundings

Covering an area of about 6,340 hectares, Kediri lies along the famous Brantas River and rests at the foot of Mount Wilis. The natural environment is refreshing, and its highlands provide excellent opportunities for trekking and outdoor adventures.

The community is also diverse, with residents of Javanese, Arab, and Chinese heritage. Facilities and accommodations are well-developed, making Kediri a modern yet culturally rich destination.

Exploring Kediri's Attractions

Tourists can enjoy a wide variety of activities while visiting Kediri:

  • Nature & heritage tourism: Pojok Village, home to Selomangleng Cave, is a must for adventure seekers. Historical landmarks such as Setono Gedong Temple, Tjio Hwie Kiong Vihara, and the Airlangga Museum add cultural depth to any trip.

  • Family recreation: Families can spend quality time at Selomangleng Waterpark, Pagora, or Tirtoyoso Swimming Pool. For a relaxed afternoon, Sekartaji Park and Kediri's town square offer a pleasant atmosphere.

  • Religious tourism: Kediri also presents spiritual experiences at sites like the Mbah Wassil Ancient Tomb and several iconic local mosques.

Culinary Experiences

A visit to Kediri would not be complete without tasting its local delicacies. Popular traditional dishes include Soto Kediri, Gethuk Gedhang, Tahu Takwa, Pecel, and roasted corn. Many of these foods are sold at street stalls, offering tourists a chance to dine side by side with locals and soak in the authentic Kediri atmosphere.

Attractions Around Kediri

Travelers can also explore nearby destinations such as:

  • Tirukidul Inscription

  • Watu Gajah

  • Pohsarang Complex

  • Mount Kelud

  • Harinjing River

With its blend of history, nature, religion, and culinary richness, Kediri proves that a city does not need beaches to become a top-tier destination. For travelers seeking something different in East Java, Kediri offers a memorable experience worth exploring.


Jombang, Kota Santri dengan Seribu Pesona




JOMBANG, JAWA TIMUR – Kabupaten Jombang yang dikenal sebagai "Kota Santri" kini semakin menonjol sebagai salah satu destinasi wisata potensial di Jawa Timur. Letaknya sangat strategis, berada di jalur antara kawasan wisata alam Malang di sebelah tenggara, Pacet–Trawas–Tretes di timur, serta situs sejarah Kerajaan Majapahit di Trowulan. Dengan posisi tersebut, Jombang menyimpan perpaduan daya tarik wisata alam, sejarah, hingga religi yang menarik bagi wisatawan.
Wisata Umum

Beberapa objek wisata keluarga menjadi daya tarik utama. Tirta Wisata, yang berada di jalur Jombang–Surabaya, dilengkapi kolam pancing, kolam renang, serta lapangan tenis. Tempat ini juga kerap digunakan sebagai lokasi konser musik artis lokal maupun nasional. Di pusat kota, Pujasera Kebonrojo menjadi surga kuliner tradisional yang ramai dikunjungi pada hari libur, ditambah dengan area bermain anak yang menambah kenyamanan pengunjung.

Tak jauh dari sana, berdiri Monumen Pesawat Tempur, hibah dari Armada Marinir TNI AL yang kini menjadi bagian dari ikon wisata Jombang. Sementara itu, Alun-Alun Jombang selalu menjadi pusat keramaian. Dengan taman hijau dan empat menara masjid sebagai simbol kota, alun-alun dipadati warga setiap akhir pekan untuk olahraga, bersantai, hingga menghadiri pameran, konser, dan berbagai festival budaya.

Wisata Sejarah

Jombang memiliki kaitan erat dengan peninggalan Majapahit. Sendang Made di Kecamatan Kudu dipercaya sebagai tempat pertapaan Raja Airlangga. Di sekitarnya juga terdapat beberapa sendang lain, seperti Sendang Payung dan Sendang Drajat, yang memperkaya nilai historis kawasan ini.

Selain itu, Candi Arimbi di Kecamatan Wonosalam juga menyimpan jejak sejarah. Dahulu, candi ini merupakan pintu gerbang selatan Kerajaan Majapahit. Letaknya yang strategis di jalur Mojoagung–Wonosalam membuatnya mudah dijangkau wisatawan.

Wisata Alam

Bagi pencinta alam, Jombang menawarkan banyak pilihan. Sumber Boto menjadi favorit dengan suasana sejuk, pepohonan rindang, dan kolam renang air hangat. Di kawasan Wonosalam, Agrowisata Panglungan menyuguhkan perkebunan kakao, cengkeh, melinjo, dan kopi yang dikelola sekaligus sebagai kawasan konservasi air.

Objek paling menawan adalah Air Terjun Tretes setinggi 158 meter yang berada di ketinggian 1.250 mdpl di Desa Galengdowo. Selain itu, ada pula Goa Sigolo-Golo dan Kedung Cinet yang terkenal dengan panorama sungai jernih, tebing alami, dan jembatan gantung yang menantang. Bagi keluarga, Bendungan Plabuhan dan Bendungan Jambe sering dijadikan lokasi piknik dengan panorama alam yang indah.

Wisata Religi

Identitas Jombang sebagai pusat pendidikan Islam terlihat dari banyaknya pondok pesantren besar, seperti Tebuireng, Bahrul Ulum Tambakberas, Denanyar, dan Darul Ulum Peterongan. Di Tebuireng pula terdapat makam KH. Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama, serta putranya KH. Wahid Hasyim, Menteri Agama pertama RI. Keduanya menjadi tujuan ziarah umat Islam dari berbagai daerah.

Namun, Jombang juga menyimpan keragaman religi. Kelenteng Hong San Kiong di Gudo berfungsi sebagai tempat ibadah umat Tridharma sekaligus pusat pengobatan tradisional, lengkap dengan pertunjukan barongsai dan wayang potehi saat Imlek. Gereja Mojowarno, gereja Protestan tertua di kawasan timur Indonesia, menjadi landmark penting umat Kristen dengan tradisi budaya tahunan Kebetan dan Unduh-Unduh.

Destinasi Lengkap

Dengan kekayaan budaya, panorama alam, dan jejak spiritual yang kental, Kabupaten Jombang tampil sebagai destinasi wisata lengkap di Jawa Timur. Mulai dari air terjun yang megah, situs peninggalan Majapahit, pusat kuliner, hingga wisata religi, semuanya berpadu menjadikan Jombang sebagai permata wisata yang layak dikunjungi.




Welcome to Jombang Regency: Exploring the Tourism Jewel of East Java





JOMBANG, EAST JAVA – Jombang Regency, widely known as a "Religious Town," has emerged as one of East Java's promising tourist destinations. Located strategically between Malang's nature tourism area in the southeast, Pacet–Trawas–Tretes in the east, and the Majapahit historical sites in Trowulan, Jombang offers visitors a mix of natural wonders, historical heritage, and spiritual journeys.

General Tourism Attractions

The regency provides several family-friendly recreation spots. Tirta Wisata, situated on the Jombang–Surabaya road, is equipped with fishing ponds, swimming pools, and tennis courts, and often serves as a venue for concerts by local and national artists. In the city center, Pujasera Kebonrojo offers culinary delights and traditional food vendors, making it a popular choice during holidays.

Near Tirta Wisata stands the Battle Plane Monument, a gift from the Indonesian Marine Military squadron, which enriches the regency's cultural landmarks. Meanwhile, the Aloon-Aloon (Town Square) is the social heart of Jombang. With its spacious park and mosque towers, the square attracts crowds every Sunday for sports, jogging, and community activities. It also hosts exhibitions, music shows, and cultural festivals throughout the year.

Historical Tourism Heritage

Jombang is closely tied to the legacy of the Majapahit Kingdom. Sendang Made, located in Kudu District, is believed to have been the meditation site of King Airlangga. The area also contains several smaller pools, including Sendang Payung and Sendang Drajat, which add historical significance.

Another important site is Arimbi Temple in Wonosalam District. Serving as the southern gateway of Majapahit, the temple stands along the Mojoagung–Wonosalam route, making it an accessible and strategic historical attraction.

Natural Wonders

For nature enthusiasts, Jombang provides a range of scenic escapes. Sumber Boto, with its cool environment and warm swimming pool, is a favorite among local visitors. Panglungan Tourism, located in Wonosalam, is a horticultural and agro-tourism area featuring plantations of cocoa, clove, melinjo, and coffee.

The regency is also home to the stunning Tretes Waterfall, which towers at 158 meters and sits 1,250 meters above sea level in Galengdowo Village. Other natural attractions include Sigolo-Golo Cave and Kedung Cinet, which are known for adventurous landscapes, clear river waters, and suspension bridges. Families seeking picnic spots often visit Plabuhan Dam and Jambe Dam, both of which provide serene surroundings.

Religious Tourism Legacy

Jombang's identity as a religious center is reflected in its many Islamic boarding schools, including Tebuireng, Bahrul Ulum Tambak Beras, Denanyar, and Darul Ulum Peterongan. The regency is also the resting place of two national heroes: K.H. Hasyim Asy'ari, founder of Nahdlatul Ulama, and his son K.H. Wahid Hasyim, Indonesia's first Minister of Religious Affairs. Their graves in Tebuireng continue to attract pilgrims from across the nation.

Beyond Islamic sites, Jombang also highlights religious diversity. Hong San Kiong Temple in Gudo serves not only as a place of worship but also as a traditional medical center, with cultural performances during Chinese New Year. Meanwhile, Mojowarno Church, the oldest Protestant church in East Indonesia, remains an important Christian landmark, celebrated annually with cultural ceremonies such as Kebetan and Unduh-Unduh.

A Destination for All

With its blend of cultural heritage, natural beauty, and spiritual depth, Jombang Regency stands as a unique tourism destination in East Java. Whether visiting waterfalls, exploring Majapahit sites, enjoying culinary hubs, or making religious pilgrimages, travelers will find Jombang to be a place where history, nature, and faith converge.



Jember, the City of Tobacco and World-Class Carnival




Jember is a regency in East Java Province, located about 200 kilometers southeast of Surabaya. The region is widely known as one of Indonesia's leading tobacco producers and is also recognized internationally as a hub of art and cultural festivals.

The City of Tobacco

Since the colonial era, Jember has earned the nickname "The City of Tobacco" thanks to its high-quality crops. Jember's tobacco has long been exported to various countries, supplying both cigarette and cigar industries. Even today, agriculture and plantations remain the backbone of Jember's economy, with tobacco at its center.

Jember Fashion Carnaval (JFC)

Beyond its agricultural fame, Jember has gained global recognition through the Jember Fashion Carnaval (JFC), an annual street carnival held in the heart of the city. JFC is considered one of the largest carnivals in the world, after those in Rio de Janeiro (Brazil) and Notting Hill (United Kingdom). Each year, thousands of participants showcase spectacular costumes that combine traditional, cultural, and modern elements, making Jember a symbol of Indonesia's creative tourism.

Natural and Cultural Attractions

Jember is blessed with breathtaking natural beauty, offering a wide range of destinations for visitors:

  • Papuma Beach and Watu Ulo Beach, famous for their exotic Indian Ocean views.

  • Payangan Beach, known for its dramatic hills and scenic bays.

  • Meru Betiri National Park, a conservation area home to rare wildlife such as sea turtles and the Javan leopard.

  • Gunung Gambir Tea Plantation and the Argopuro Mountains, offering cool air and lush green landscapes.

In addition to natural beauty, Jember also preserves unique cultural traditions, such as the Rebo Wekasan ritual and various local performing arts that remain part of community life.

Education and Student City

Jember is also recognized as an education hub in East Java, highlighted by the presence of University of Jember (UNEJ), a major state university that attracts students from across the region. This academic presence has strengthened Jember's role as a vibrant and growing city.


With its rich natural resources, cultural heritage, and creative achievements, Jember today stands not only as a city of tobacco, but also as a center of culture, tourism, and education in East Java.


Jember, Kota Tembakau dan Festival Karnaval Dunia




Jember adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang terletak sekitar 200 kilometer di sebelah tenggara Surabaya. Kabupaten ini dikenal sebagai salah satu daerah penghasil tembakau terbaik di Indonesia sekaligus sebagai pusat berbagai kegiatan seni dan budaya berskala internasional.

Kota Tembakau

Sejak masa kolonial, Jember sudah terkenal dengan komoditas tembakaunya yang berkualitas tinggi, bahkan dijuluki sebagai "Kota Tembakau". Hasil panen tembakau Jember banyak diekspor ke mancanegara, terutama untuk kebutuhan industri rokok kretek maupun cerutu. Hingga kini, sektor pertanian dan perkebunan masih menjadi tulang punggung perekonomian masyarakat Jember.

Jember Fashion Carnaval (JFC)

Selain tembakau, Jember juga mendunia lewat Jember Fashion Carnaval (JFC), sebuah festival kostum karnaval yang setiap tahun digelar di pusat kota. JFC diakui sebagai salah satu karnaval terbesar di dunia setelah Rio de Janeiro (Brasil) dan Notting Hill (Inggris). Dengan tema berbeda setiap tahunnya, ribuan peserta menampilkan kostum spektakuler yang memadukan unsur tradisi, budaya, dan kreasi modern, menjadikan Jember sebagai ikon pariwisata kreatif Indonesia.

Wisata Alam dan Budaya

Kabupaten Jember juga dianugerahi keindahan alam yang luar biasa. Beberapa destinasi favorit di antaranya:

  • Pantai Papuma dan Pantai Watu Ulo, yang terkenal dengan pemandangan eksotis Samudera Hindia.

  • Pantai Payangan, dengan gugusan bukit dan teluk yang indah.

  • Taman Nasional Meru Betiri, habitat langka penyu dan macan tutul Jawa.

  • Kebun Teh Gunung Gambir dan kawasan pegunungan Argopuro, yang menawarkan udara sejuk serta pemandangan alam asri.

Selain wisata alam, Jember juga memiliki tradisi budaya yang masih lestari, seperti upacara adat Rebo Wekasan serta berbagai seni pertunjukan khas daerah.

Pendidikan dan Kota Pelajar

Jember juga dikenal sebagai kota pelajar, terutama dengan adanya Universitas Jember (UNEJ) yang menjadi pusat pendidikan tinggi di kawasan timur Jawa. Kehadiran kampus ini semakin memperkuat peran Jember sebagai kota yang dinamis dan berkembang.


Dengan kekayaan alam, tradisi, dan kreativitas masyarakatnya, Jember kini bukan hanya dikenal sebagai kota tembakau, tetapi juga sebagai pusat budaya, wisata, dan pendidikan di Jawa Timur.



Gresik, An Industrial City and Religious Tourism Destination in East Java




Gresik is a town located on the western side of Surabaya, just about 18 kilometers away. Known as an industrial city, it is home to the iconic Semen Gresik factory, one of the most famous cement producers in Indonesia. Since 1976, the town has also been recognized for its thriving home-based woodcraft industry, which contributes significantly to the local economy.

Religious Tourism: The Legacy of Wali Songo

Gresik holds a vital role in the history of Islam in Java. The town is home to the tomb of Sunan Maulana Malik Ibrahim, one of the revered Wali Songo, who is recognized as the first Islamic preacher in East Java. He passed away in 882 H or 1419 A.D and was buried in Kampung Gapura, Gresik.

Just about two kilometers south of the town, at Bukit Giri, lies the tomb of Sunan Giri, another influential figure of the Wali Songo. The commemoration of his death, known as Khol Sunan Giri, is included in East Java's official tourism calendar every year.

Another significant site is the grave of Sunan Giri's mother in Leran Village, Manyar, located around eight kilometers from the town center. Several other historical and religious sites are also spread across Gresik, including the tomb of Kanjeng Tumenggung Pusponegoro in Gapura Village and the grave of Nyi Ageng Pinatih in Kebongson Village.

Natural Attractions in Bawean and Beyond

Beyond its religious heritage, Gresik offers fascinating natural attractions, especially in Bawean Island. Popular destinations include Kastoba Lake in Tambak Village, Bhayangkara Diponggo Beach, and the Noko Island Marine Park in Daun Village, all of which showcase the island's pristine beauty.

On the mainland, travelers can explore the bat cave in Pongangan Village, Tirta Agung swimming pool in Sidomoro, hot springs in Kota Kusuma Village, and other leisure facilities suitable for families.

The Historical Roots of Gresik

Gresik has been known since the 11th century as a bustling center of trade. It was not only a hub for inter-island commerce but also connected with merchants from China, Arabia, Gujarat, Calcutta, Siam, Bengal, Champa, and beyond.

Alongside its role in commerce, Gresik became a gateway for the spread of Islam in Java. Prominent figures such as Syekh Maulana Malik Ibrahim and Fatimah binti Maimun are recorded as early pioneers of Islamic preaching in the region.

Tourism Potential in Gresik

The Gresik Regency Government classifies its tourism assets into three main categories:

  1. Natural Tourism, with most attractions located on Bawean Island.

  2. Cultural Tourism, highlighting religious sites and historical landmarks.

  3. Special Interest Tourism, including religious pilgrimages, marine exploration, and traditional crafts.

With its rich history, strong religious heritage, and diverse natural beauty, Gresik stands today as one of East Java's most important destinations for pilgrims, cultural enthusiasts, and leisure travelers alike.


Echoes of the Self (2025)

Sinopsis Zhou Ruoxi adalah seorang wanita ambisius yang mengorbankan cinta demi kekuasaan di istana. Obsesinya pada ambisi membuat ia d...